1.
Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah,
1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21)
bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil
yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas,
jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun
intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat
dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja,
baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
Menurut Slameto (1995 : 2) bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar
sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu
pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang
terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut Nurkencana (1986 : 62)
mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau
diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil
dari aktivitas dalam belajar.
Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami
bahwa prestasi belajar merupakan hasil atau
taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan
dan pengetahuan yang kemudian
akan diukur dengan dinilai yang diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
2.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
a. Faktor Dari Dalam Diri Siswa
(Intern)
Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang
perlu dibahas menurut Slameto (1995 : 54) yaitu faktor jasmani, faktor
psikologi dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmani
Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua
yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.
1.
Faktor kesehatan
Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses
belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang
darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya.
2.
Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang
baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta,
setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain (Slameto,
2003 : 55)
b.
Faktor Psikologis
Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat,
motivasi, kematangan, kesiapan.
1.
Intelegensi
Slameto (2003: 56) mengemukakan bahwa intelegensi atau
kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan cepat efektif
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui
relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
2.
Perhatian
Menurut
al-Ghazali dalam Slameto (2003 : 56) bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang
dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau
sekumpulan obyek.
Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian
terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian
siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar
siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya.
3.
Bakat
Menurut Hilgard dalam Slameto (2003 : 57) bahwa bakat
adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk
belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah
belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin (2003 : 136) bahwa bakat
adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang.
4. Minat
Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996 :
214) bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas
oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa
yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi
peningkatan atau pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin
karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari
dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya.
5. Motivasi
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa motivasi erat sekali
hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan
tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu
perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu
sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
6.
Kematangan
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa kematangan adalah
sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat
tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.
Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah
suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri
makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing
kematang itu datang atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam
belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu sudah siap atau matang untuk
mengikuti proses belajar mengajar.
7. Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip
oleh Slameto (2003 : 59) adalah preparedes to respon or react, artinya
kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi.
Jadi, dari pendapat di atas dapat simpulkan bahwa kesiapan siswa dalam proses belajar mengajar,
sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar
siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan
dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baikbegitu pula
sebaliknya, jika siswa tidak mempunyai kesiapan dalam menerima pelajaran maka
berdampak negatif pada orestasi belajarnya.
c. Faktor kelelahan
Ada beberapa
faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani. Sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (1995:59) sebagai berikut:
“Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya
tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani
terjadi karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah
kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat terus
menerus karena memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan
sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan perhatian”.
Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani
dapat mempengaruhi prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik haruslah
menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya seperti lemah
lunglainya tubuh. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan
rohani seperti memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan
sesuatu karena terpaksa tidak sesuai dengan minat dan perhatian. Ini semua
besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Agar siswa
selaku pelajar dengan baik harus tidak terjadi kelelahan fisik dan psikis.
b. Faktor Yang Berasal Dari Luar
(Faktor Ekstern)
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi
belajar dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor
sekolah dan faktor masyarakat.
a.
Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan
dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi
antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan
ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.
1.
Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya
terhadap prestasi belajar anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo dalam
Slameto (2003 : 60) mengemukakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang
pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam
ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar
yaitu pendidikan bangsa dan negara.
Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya
peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan
berpengaruh terhadap belajarnya.
2.
Relasi antar anggota keluarga
Menurut Slameto (2003 : 60) bahwa yang penting dalam
keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak
dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar
anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap
terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.
3. Keadaan keluarga
Menurut Hamalik (2002 : 160) mengemukakan bahwa
keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena dipengaruhi
oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu
seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara
orang tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga
dapa mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga faktor inilah yang memberikan
pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan prestasi, minat, sikap dan
pemahamannya sehingga proses belajar yang dicapai oleh anak itu dapat
dipengaruhi oleh orang tua yang tidak berpendidikan atau kurang ilmu
pengetahuannya.
4. Pengertian orang tua
Menurut Slameto (2003 : 64) bahwa anak belajar perlu
dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu
dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang
tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi
kesulitan yang dialaminya.
5.
Keadaan ekonomi keluarga
Menurut
Slameto (2003 : 63) bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan
belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya,
misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan,
alat tulis menulis, dan sebagainya.
6.
Latar belakang kebudayaan
Tingkat
pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam
belajar (Roestiyah, 1989: 156). Oleh karena itu perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar
yang optimal.
7. Suasana rumah
Suasana
rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini sesuai dengan pendapat
Slameto (2003 : 63) yang mengemukakan bahwa suasana rumah merupakan situasi
atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak-anak berada
dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan
memberikan ketenangan terhadap
diri anak untuk belajar.
Suasana ini
dapat terjadi pada keluarga yang besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang
tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga
yang lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang
akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah.
b.
Faktor sekolah
Faktor
sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran, kurikulum, waktu
sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan media pendidikan,
yaitu :
1.
Guru dan cara mengajar
Menurut
Purwanto (2004 : 104) faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor
penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan
yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan
itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai
oleh siswa. Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Djamarah (2006 : 39)
mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses , yaitu proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.
Dalam
kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai
pembimbing, guru harus berusaha menhidupkan dan memberikan motivasi, agar
terjadi proses interaksi yang kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru
harus efektif dan dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model,
tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan kepada anak didiknya
dalam proses belajar mengajar dan disesuaikan dengan konsep yang diajarkan
berdasarkan kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar
2.
Model pembelajaran
Model atau
metode pembelajaran sangat penting dan berpengaruh sekali terhadap prestasi
belajar siswa, terutama pada pelajaran matematika. Dalam hal ini model atau
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya terpaku pada
satu model pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang disesuaikan
dengan konsep yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa, terutama pada
guru matematika. Dimana guru matematika harus bisa menilih dan menentukan
metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran. Adapun
model-model pembelajaran itu, misalnya : model pembelajaran kooperatif,
pembelajaran kontekstual, realistik matematika problem solving dan lain
sebagainya.
Dalam hal
ini, model yang diterapkan adalah model kooperatif tipe STAD, dimana model atau
metode ini berpengaruh terhadap proses belajar siswa dan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa
3. Alat-alat
pelajaran
Untuk dapat
hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar adalah suatu hal yang
tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, misalnya
perpustakaan, laboratorium, dan sebagaianya.
Menurut
Purwanto (2004 : 105) menjelaskan bahwa sekolah yang cukup memiliki alat-alat
dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar
yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu,
akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.
4.
Kurikulum
Kurikulum
diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian
besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan
mengembangkan bahan pelajaran itu. Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa kurikulum
yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun
prestasi belajar siswa.
5.
Waktu sekolah
Waktu
sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu
sekolah dapat pagi hari, siang, sore bahkan malam hari. Waktu sekolah juga
mempengaruhi belajar siswa (Slameto, 2003 : 68).
6.
Interaksi guru dan murid
Menurut
Roestiyah (1989 : 151) bahwa guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara
intim, menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Oleh karena itu,
siswa merasa jenuh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif di dalam
belajar.
7. Disiplin
sekolah
Kedisiplinan
sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam
belajar (Slameto, 2003 : 67). Kedisiplinan sekolah ini misalnya mencakup
kedisiplinan guru dalam mengajar dengan pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan
pengawas atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan keberhasilan atau
keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.
8.
Media pendidikan
Kenyataan
saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan
alat-alat yang membantu lancarnya belaajr anak dalam jumlah yang besar pula
(Roestiyah, 1989 : 152). Media pendidikan ini misalnya seperti buku-buku di
perpustakaan, laboratorium atau media lainnya yang dapat mendukung tercapainya
prestasi belajar dengan baik
c. Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor yang
mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa antara lain teman bergaul,
kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan keluarganya.
1.
Kegiatan siswa dalam masyarakat
Menurut
Slameto (2003 : 70) mengatakan bahwa kegiatan siswa dalam masyarakat dapat
menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian
dalam kegiatan masyarakat yang telalu banyak misalnya berorganisasi, kegiatan
sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika
tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
2.
Teman Bergaul
Anak perlu
bergaul dengan anak lain, untik mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu
dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya.
Perbuatan tidak baik mudah berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu
dikontrol dengan siapa mereka bergaul.
Menurut
Slameto (2003 : 73) agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang baik akan
berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul
yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu
diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan
pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus
bijaksana.
3.
Cara Hidup Lingkungan
Cara hidup
tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar pengaruh terhadap
pertumbuhan anak (Roestiyah, 1989 : 155). Hal ini misalnya anak tinggal di
lingkungan orang-orang rajin belajar,
otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin juga tanpa disuruh.
DAFTA
PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta