Rabu, 26 Desember 2012

Belajar Efektif


a.    Teknik Belajar Efektif
Memahami suatu bidang ilmu pengetahuan tertentu tidaklah mudah, diperlukan suatu cara atau teknik untuk mempelajarinya. Menurut Paryati Sudarman (2004: 91-110) teknik-teknik belajar efektif adalah sebagai berikut:
1.    Menyimak
Biasanya belajar disekolah, guru hanya menjelaskan poin-poin penting saja walaupun disertai penjelasan panjang lebar, tapi hanya dalam bentuk lisan. Hal ini karena terbatasnya waktu dan luasnya materi yang harus disampaikan  agar siswa memperoleh pemahaman yang maksimal selama belajar, hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah :
a.    Biasanya pada awal pertemuan ada semacam statement ( kesempatan bersama ) antara guru dengan siswa mengenai aturan main selama belajar. Misalnya guru menyisahkan waktunya untuk tanya jawab di akhir pertemuan. Bila pertanyaan belum terjawab karena waktunya telah habis, akan dijawab pada pertemuan yang akan datang
b.    Tanyakanlah kepada guru bila ada penjelasan yang tidak atau kurang anda fahami.
c.    Tanyakan buku-buku referensi yang digunakan, baik buku wajib maupun buku penunjang.
d.   Lengkapi buku-buku referensi yang anda perlukan.
e.    Sebelum mengikuti mata pelajaran baca kembali materi atau bahan yang telah disampaikan.
f.     Pusatkan perhatian anda, dan bukalah pikiran anda seluas-luasnya pada saat pelajaran berlangsung. Jangan anti pati dahulu atau menyangkal penjelasan guru, sebelum anda memperoleh ilmunya secara utuh.
g.    Kata-kata kunci yang disampaikan, misalnya pertama, kedua, seharusnya,  sebaliknya, dan sebagainya. Agar dapat menangkap dan memahami materi secara utuh.
2.    Membaca
Hal yang perlu diketahui dalam kaitannya dengan keterampilan membaca adalah :
a.    Menentukan tujuan utama
Ada beberapa tujuan dalam membaca yaitu untuk hiburan, mencari informasi, dan memahami lebih mendalam.
b.    Mengenal bahan bacaan
Ada beberapa jenis bacaan dalam pengayaan ilmu penegetahuan jenis-jenis bacaan tersebut diantaranya buku panduan/modul, majalah, surat kabar, jurnal ilmiah, dan sebaginya.
c.    Mengenal bahan bacaan
Ada beberapa macam teknik yang dapat anda pelajari diantaranya:
a.    Skimming
b.    Scanning
c.    Membaca teliti atau membaca mendalam (close reading )
d.   Konsentrasi
3.    Mencatat
Kemampuan mencatat yang baik merupakan bagian dari keberhasilan dalam belajar. Catatan yang dimaksud bukan hanya catatan saat pelajaran berlangsung saja, tetapi juga catatan lain yang anda dapatkan dari sumberlain, seperti buku, jurnal, makalah, dan sebagainya, sesuai dengan pokok bahasan.

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa kemudahan dalam belajar hanya dapat dicapai apabila menguasai teknik belajar yang efektif seperti menyimak, membaca dan mencatat.
b.    Cara Belajar Efektif
Bagi setiap siswa, untuk mendapat hasil dalam belajar, diperlukan pemahaman tentang bagaimana cara belajar efektif baik di rumah ataupun di sekolah, disamping itu juga dibutuhkan kiat-kiat agar kegiatan belajar yang kita lakukan dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Menurut Ischak S.W & Warji R. (1987: 49-51) cara-cara belajar efektif adalah sebagai berikut :
1.    Supaya dapat belajar dengan efektif diperlukan jasmani dan rohani yang sehat.
2.    Untuk dapat belajar dengan efektif diperlukan persiapan lahir dan batin.
a)    Persiapan lahir misalnya :
1.    Tempat belajar yang bersih dan teratur, ventilasi dan penerangan yang cukup, situasi lingkungan yang tenang.
2.    Buku-buku dan alat-alat pelajaran disusun rapidan siap dipakai
3.    Berpakaian yang bukan pakaian tidur, dan sebagainya
b)   Persiapan batin misalnya :
1.    Rencana belajar yang dipatuhi misalnya, jadwal belajar, pekerjaan rumah (PR) diatur
2.    Siap belajar
3.    Minat yang besar terhadap pelajaran yang dipelajari, sehingga punya ambisi yang besar bagi keberhasilan belajar
3.    Untuk dapat belajar secara efektif perlu tingkah laku yang kompleks, misalnya :
a)    Mengulang-ulang dalam belajar
b)   Membuat singkatan-singkatan
c)    Memberi tanda pada buku atau catatan, bagian-bagian yang penting
d)   Belajar kelompok dengan teman
e)    Jangan belajar sambil mendengarkan radio, tape atau menonton TV
f)    Berdoa pada waktu mulai dan mengakhiri pelajaran

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, belajar merupakan suatu proses yang dilakukan secara kontinu, maka dari itu diperlukan sebuah cara agar dapat belajar secara efektif sehingga bisa mendapatkan kemudahan dalam belajar. Belajar tidak dijadikan sebagai beban tetapi dijadikan sebagai kebutuhan dalam hidup. Cara agar dapat belajar efektif adalah diperlukan jasmani dan rohani yang sehat, harus memiliki persiapan batin, dan harus dapat memiliki tingkah laku yang kompleks dalam belajar.
Belajar secara efektif dapat dilakukan melalui beberapa cara. Menurut Crow & Crow (dalam Ngalim Poerwanto, 1990:121) cara belajar efektif adalah sebagai berikut:  
a.    Memiliki jadwal belajar yang baik
b.    Selingillah belajar dengan waktu istirahat yang teratur
c.    Carilah topic atau inti dari tiap paragraph
d.   Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati
e.    Lakukan metode keseluruhan (whole method) bilamana mungkin
f.     Usahakan untuk membaca cepat tapi cermat
g.    Buatlah catatan atau rangkuman yang tersusun rapi
h.    Adakan penilaian atas kesulitan bahan untuk dipelajari secara lanjut
i.      Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan usahakan / cobalah untuk menemukan jawabannya
j.      Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar
k.    Memiliki tujuan belajar yang pasti
l.      Adanya tempat belajar yang memadai
m.  Kondisi fisik dan keadaan mental yang baik

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar memerlukan fisik dan mental yang sehat, memiliki tujuan yang jelas, memiliki cara atau metode yang tepat, serta dapat bersungguh-sungguh dalam belajar. 

Tes



A.    Pengertian Tes
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok.
Tes juga dapat didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan yang harus dipilih dengan tujuan untuk mengukur aspek perilaku tertentu dari orang yang dikenai tes. Biasanya dalam kegiatan proses belajar mengajar, murid diberikan sejumlah pertanyaan atau tugas dari guru. Pertanyaan tersebut dapat dalam bentuk pertanyaan dikelas, tugas pekerjaan rumah (PR), atau bentuk lain yang tujuannya untuk mendapatkan informasi tertentu, sesuai dengan isi tugas yang ada. Tindakan yang demikina itu merupakan bentuk-bentuk tes tulis.
B.     Fungsi Tes
Secara umum ada beberapa macam fungsi tes di dalam dunia pendidikan, yaitu:
Ø  Pertama, tes dapat berfungsi sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa dan juga sebagai alat untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.
Hal ini berarti tes dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Dalam kaitannya untuk mengukur keberhasilan program, tes berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan dapat dicapai, dan seberapa banyak yang belum tercapai dan menentukan langkah apa yang perlu dilakukan untuk mencapainya.
Ø  Kedua, tes berfungsi sebagai motivator dalam pembelajaran.
Berkaitan dengan point ini, Thorndike (1991) mengemukakan bahwa siswa akan belajar lebih giat dan berusaha lebih keras apabila mereka mengetahui bahwa di akhir program yang sedang ditempuh aka nada tes untuk mengetahui nilai dan prestasi mereka. Selain itu, Ebel (1979) mengemukakan bahwa tes kadang-kadang dianggap sebagai motivator ekstrinsik.
Ø  Ketiga, tes dapat berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran.
Dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran ada tiga jenis tes yang perlu dibahas yaitu tes penempatan, tes diagnosis, dan tes formatif.
C.    Bentuk-bentuk Tes
Bentuk tes yang sering dipakai dalam proses belajar mengajar pada hakikatnya  dapatdikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1. Tes tertulis (written tes) : suatu tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara tertulis . Tes tertulis mempunyai 2 macam:
a. Tes obyektif: tes tertulis yang menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat terbatas.
Tes ini dibuat sedemikian rupa, sehingga hasil tes tersebut dapat dinilai secara obyektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan nilai yang sama. Tes objektif jawabannya ringkas dan pendek (short answer test). Bentuk bentuk tes obyektif ini adalah : (1) Bentu benar salah (true false)Contoh : Lingkarilah B bila pertanyaan ini benar, atau S bila pertanyaan tersebut salah. B-S Hukum memberi hadiah adalah sunah muakkad. (2) Bentuk pilihan ganda ( multiple choice) Contoh : berilah tanda (x) huruf a, b, c, d pada jawaban yang benar! Wajib megerjakan ibadah haji bagi orang yang………… a. Tua c. \ kaya b. Mampu c. suka (3) Bentuk menjodohkan (matching) 
Contoh : Jodohkan soal bagian A dan Bagian B di bawah ini.

A
- Beragama islam 
- Berdiri bagi yang kuasa
- Menahan keluarnya hadast Bagian
B
- makruh dalam sholat
- Rukun dalam sholat
- syarat dalam sholat
- sunnah dalam sholat
(4) Bentuk melengkapi (completion)/jawaban singkat
Contoh : umroh sering disebut dengan…………….
Presiden RI saat ini ialah………………..

b. Tes Subjektif/Essai : tes tertulis yang meminta siswa memberikan jawaban berupa uraian atau kalimat yang panjang-panjang. Panjang pendeknya tes essai adalah relatif, sesuai kemampuan si penjawab tes.
Bentuk-bentuk tes subjektif ini adalah :
(1) Essai bebas, yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab dengan uraian secara bebas. Sesuai dengan apa yang diketahuinya. Contoh : Apa yang terjadi apabila pemerintahan suatu negara dipimpin oleh seorang diktator?
Kelemahan dalam bentuk ini adalah sukar menentukan standar jawaban yang benar sebab jawaban siswa sifatnya beraneka ragam.
(2) Essai terbatas, yakni yang soalnya menuntut jawaban dalam bentuk uraian yang telah terarah. Tes uaraian ini lebih mudah memeriksanya, karena dapat lebih mudah ditetapkan standar jawaban yang benar. Contoh : Sebutkan cirri ciri seorang pemimpin yang bersifat diktator?
2. Tes Lisan (oral test) : Tes lisan sangat bermanfaat untuk mengukur aspek yang terkait dengan kemampuan komunikasi. Tes lisan juga dapat digunakan untuk menguji siswa baik secara individual ataupun kelompok. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes lisan :
a.       Janganlah guru membentak siswa karena siswa itu memberikan jawaban yang menurut penilaian guru merupakan jawaban yang salah.
b.       Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu seorang murid yang sedang dites dengan memberikan kunci-kunci jawaban tertentu karena kita merasa kasihan atau simpati pada murid itu.
Contoh bentuk tes lisan : Guru dikelas bertanya pada siswanya : “sebutkan Rukun-rukun dalam sholat!”
3. Tes Perbuatan : Digunakan untuk mengukur hsil belajar yang menyangkut domain ketrampilan (skill) atau perilaku (behavior). Tes perbuatan bisa berupa tulis dan lisan. Tes ini juga dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Contoh : siswa diminta memperagakan tata cara pelaksanaan sholat jenazah beserta bacaannya.

C. Kelebihan dan kekurangan masing-masing tes
1.      Tes tulis 
Ø  Tes obyektif
1. Dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas
2. Pemeriksaannya cepat dan obyektif
3. Siswa dapat menebak jawaban
4. Dalam menyusun soal lebih sulit
5. Yang diukur cenderung aspek kognitif tingkat rendah
6. Tidak menuntut penalaran siswa
7. Tidak membutuhkan pemikiran analistis maupun sistematis
Ø  Tes Subyektif

1. Cakupan materi terbatas atau sempit
2. Pemeriksaan cenderung lama dan subyektif
3. Siswa tidak dapat menebak jawaban
4. Dalam menyusun soal lebih mudah
5. Yang diukur cenderung tingkat kecerdasan kognitif tinggi
6. Menuntut penalaran siswa
7. Dapat melatih siswa berfikir logis, analistis, dan sistematis
Ket : apa yang menjadi kelebihan dalam tes objektif merupakan kelemahan dalam tes subjektif dan sebaliknya.
2. Tes lisan
Ø  Kelebihan tes lisan adalah : Bisa mengetahui kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat secara langsung dan dapat diketahui penguasaan siswa secara tepat.
Ø  Kelemahan tes lisan adalah : Membutuhkan waktu yang relatif lama, dan seringkali siswa kurang bebas dalam mengemukakan pendapat.
3. Tes perbuatan
Ø  Kelebihan tes perbuatan yakni : Merupakan alat paling tepat terbentuk atau tidaknya ketrampilan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tes perbuatan juga dapat membantu pergantian suasana sehingga kejenuhan dapat dikurangi atau dihilangakan.
Ø   Kelemahan tes perbuatan yakni : Tidak semua bahan ajaran dapat diungkap dengan tes perbuatan. Tes perbuatan juga membutuhkan banyak waktu, tenaga, dan biaya yang cukup banyak.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok. Tes juga dapat didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan yang harus dipilih dengan tujuan untuk mengukur aspek perilaku tertentu dari orang yang dikenai tes.
B.     Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih  terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu, penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dapat memperbaiki dalam pembuatan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Prestasi Belajar


1.         Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.  
Menurut Slameto (1995 : 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut Nurkencana (1986 : 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.  
Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar merupakan hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan yang kemudian akan diukur dengan dinilai yang diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

2.         Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
a. Faktor Dari Dalam Diri Siswa (Intern)
Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas menurut Slameto (1995 : 54) yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan.
a.      Faktor Jasmani
Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.
1.      Faktor kesehatan
Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya.
2.      Cacat Tubuh  
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain (Slameto, 2003 : 55)
b.  Faktor Psikologis
Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan.
1.        Intelegensi
Slameto (2003: 56) mengemukakan bahwa intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.  
2.        Perhatian  
Menurut al-Ghazali dalam Slameto (2003 : 56) bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan obyek.
Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya.
3.        Bakat
Menurut Hilgard dalam Slameto (2003 : 57) bahwa bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin (2003 : 136) bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.  
4.    Minat
Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996 : 214) bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya.
5.    Motivasi
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
6.    Kematangan
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru. 
Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.
7.    Kesiapan   
Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip oleh Slameto (2003 : 59) adalah preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi.
Jadi, dari pendapat di atas dapat simpulkan bahwa kesiapan siswa dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baikbegitu pula sebaliknya, jika siswa tidak mempunyai kesiapan dalam menerima pelajaran maka berdampak negatif pada orestasi belajarnya.
c.       Faktor kelelahan 
Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (1995:59) sebagai berikut:
“Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan perhatian”.
Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat mempengaruhi prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya seperti lemah lunglainya tubuh. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan rohani seperti memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa tidak sesuai dengan minat dan perhatian. Ini semua besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Agar siswa selaku pelajar dengan baik harus tidak terjadi kelelahan fisik dan psikis.
b.      Faktor Yang Berasal Dari Luar (Faktor  Ekstern)
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a.    Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.
1.   Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo dalam Slameto (2003 : 60) mengemukakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara.
Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. 
2.   Relasi antar anggota keluarga
Menurut Slameto (2003 : 60) bahwa yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.
3.    Keadaan keluarga
Menurut Hamalik (2002 : 160) mengemukakan bahwa keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga dapa mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga faktor inilah yang memberikan pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses belajar yang dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang tua yang tidak berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya.  
4.    Pengertian orang tua
Menurut Slameto (2003 : 64) bahwa anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya.
5.   Keadaan ekonomi keluarga
Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.
6.   Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar (Roestiyah, 1989:  156). Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.  
7.   Suasana rumah
Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003 : 63) yang mengemukakan bahwa suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak-anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan memberikan ketenangan terhadap diri anak untuk belajar.
Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah.  
b.    Faktor sekolah
Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran, kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan media pendidikan, yaitu :
1.   Guru dan cara mengajar
Menurut Purwanto (2004 : 104) faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Djamarah  (2006 : 39) mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses , yaitu  proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.
Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menhidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru harus efektif dan dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model, tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar dan disesuaikan dengan konsep yang diajarkan berdasarkan kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar
2.    Model pembelajaran  
Model atau metode pembelajaran sangat penting dan berpengaruh sekali terhadap prestasi belajar siswa, terutama pada pelajaran matematika. Dalam hal ini model atau metode pembelajaran yang  digunakan oleh guru tidak hanya terpaku pada satu model pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang disesuaikan dengan konsep yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa, terutama pada guru matematika. Dimana guru matematika harus bisa menilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran. Adapun model-model pembelajaran itu, misalnya : model pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual, realistik matematika problem solving dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, model yang diterapkan adalah model kooperatif tipe STAD, dimana model atau metode ini berpengaruh terhadap proses belajar siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
3.    Alat-alat pelajaran
Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan sebagaianya.
Menurut Purwanto (2004 : 105) menjelaskan bahwa sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.
4.   Kurikulum
Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun prestasi belajar siswa.
5.   Waktu sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari, siang, sore bahkan malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa (Slameto, 2003 : 68).  
6.   Interaksi guru dan murid
Menurut Roestiyah (1989 : 151) bahwa guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Oleh karena itu, siswa merasa jenuh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif di dalam belajar.
7.  Disiplin sekolah  
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar (Slameto, 2003 : 67). Kedisiplinan sekolah ini misalnya mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan pengawas atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan keberhasilan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.

8.    Media pendidikan
Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belaajr anak dalam jumlah yang besar pula (Roestiyah, 1989 : 152). Media pendidikan ini misalnya seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media lainnya yang dapat mendukung tercapainya prestasi belajar dengan baik
c.       Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa antara lain teman bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan keluarganya.
1.        Kegiatan siswa dalam masyarakat
Menurut Slameto (2003 : 70) mengatakan bahwa kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang telalu banyak misalnya berorganisasi, kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
2.    Teman Bergaul
Anak perlu bergaul dengan anak lain, untik mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik mudah berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul. 
Menurut Slameto (2003 : 73) agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana.
3.    Cara Hidup Lingkungan
Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar pengaruh terhadap pertumbuhan anak (Roestiyah, 1989 : 155). Hal ini misalnya anak tinggal di lingkungan orang-orang rajin belajar, otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin juga tanpa disuruh.


DAFTA PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta