Jumat, 30 Desember 2011

METODE DISKUSI


METODE DISKUSI
1.     Apa metode diskusi itu?
Metode diskusi merupakan salah satu metode peyampaian materi pelajaran yang digunakan oleh seorang pendidik atau guru kepada peserta didik atau siswa. Metode diskusi yaitu suatu metode atau cara mengajar yang selalu terkait pada suatu topik/pokok pernyataan atau suatu masalah dimana para siswa atau peserta didik berusaha untuk memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang telah disepakati bersama. Dalam metode diskusi seorang guru memberikan kesempatan kepada siswa atau peserta didik untuk menyampaikan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.
Tidak semua topik dapat disajikan dengan metode diskusi, melainkan hanya hal-hal yang bersifat problematis ,sedangkan  topik hitung-hitungan/ilmu pasti tidak dapat didiskusiksan. Guru sebaiknya memikirkan terlebih dahulu sebelum meminta siswa untuk mandiskusiksn topik tersebut. Topik sebaiknya menarik untuk didiskusikan.
Metode diskusi sangat baik dilakukan dalam pembelajaran karena dapat melatih siswa untuk menyampaikan suatu pendapat yang telah ada di pikirannya dan melatih siswa agar mampu berkomunikasi di depan teman-temannya. Dalam metode ini siswa dan guru sama-sama aktif dan memegang peranan masing masing. Guru berperan sebagai pemimpin diskusi yang menatur jalannya diskusi, sedangkan siswa berperan sebagai peserta diskusi. Guru juga bisa menunjuk salah seorang siswa sebagai pemimpin diskusi yang sering disebut moderator.
Dalam metode diskusi pendapat dari para siswa sangatlah diharapkan karena tanpa adanya pendapat dari peserta didik maka diskusi akan terasa mati. Dari beberapa pendapat yang muncul pada saat diskusilah yang nantinya akan disimpulkan/disepakati oleh para siswa sebelum usainya diskusi.
2.     Mengapa metode diskusi diperlukan?
Diskusi merupakan salah satu metode yang sangat baik digunakan dalam pembelajaran, karena dalam metode diskusi siswa dilatih untuk dapat mengeluarkan/menyampaikan pendapat dan juga berpikir matang-matang sebelum berbicara. Dengan latihan mengeluarkan pendapat siswa dapat belajar menyampaikan apa yang ada di pikirannya dan menyimpulkan suatu materi atau pendapat-pendapat dari siswa lain. Sedangkan dengan berfikir matang-matang sebelum berbicara siswa terlatih/terbiasa untuk tidak sembarangan bicara atau memikirkan terlebihdahulu apa yang ingin disampaikannya. Dengan metode diskusi, tingkat kekompakan/solidaritas siswa menjadi semakin tinggi baik antar individu maupun dalam kelompoknya. Metode diskusi juga dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sumber/siswa lainnya. Dalam diskusi siswa juga dilatih agar bisa mendengarkan dengan teliti apa yang disampaikan oleh teman-temannya dan mencoba memehami pendapat yang dikemukakan oleh siswa lain atau kelompok lain dan dilatih untuk menpertanggung jawabkan pernyataan yang telah dikeluarkan/dikemukakan.
Metode diskusi sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Tanpa adanya metode diskusi maka keterampilan siswa untuk mengeluarkan pendapat akan sangat minim, selain itu siswa akan merasa kesulitan untuk menarik suatu kesimpulan dari suatu topik pelajaran yang sedang dibahas.
3.     Bagaimana cara pelaksanaan metode diskusi?
Dalam metode diskusi diharapkan  siswa terlibat  secara aktif dan sangat diperlukan suatu ketertiban dan keteraturan dalam nengemukakan pendapat secara bergilir. Diskusi biasanya dipimpin oleh seorang ketua atau moderator. Guru menunjuk seorang siswa sebagai moderator, dimana moderator berperan sebagai pengatur jalannya suatu diskusi. Guru juga dapat berperan sebagai moderator, dimana guru memimpin suatu diskusi dan mengatur jalannya suatu diskusi. Pemimpin diskusi yang baik akan sanggup dengan cepat mengambil tindakan-tindakan untuk menghadapi masalah-masalah yang muncul pada saat diskusi berlangsung.
Guru sangat berperan dalam  suksesnya suatu diskusi, sebab sebelum diskusi dimulai terlebih dahulu seorang guru harus menjelaskan secara singkat jenis diskusi yang akan diterapakan, alur diskusi dan  menetapkan pokok atau problem yang akan didiskusikan. Setelah itu guru sebaiknya menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam diskusi sehingga siswa dapat memahami apa yang akan diperoleh setelah berdiskusi. Selain itu guru juga harus dapat nengatur giliran pembicara/siswa yang mengeuarkan pendapatnya sehingga diskusi dapat berjalan dengan tertib dan teratur. Guru juga selalu berusaha agar diskusi yang berlangsung yaitu antara siswa dengan siswa dan dalam keadaan tenang.
Selain guru, siswa juga merupakan faktor penentu dalam suksesnya suatu diskusi. Siswa menelaah topik/pokok masalah yang akan didiskusikan dan yang telah diajukan oleh guru atau teman kelompok lain. Siswa aktif memikirkan pertanyaan-pertantaan yang muncul dari topik yang dibahas. Siswa dapat mengemukakan pendapatnya baik pemikiran sendiri atau yang diperoleh setelah membicarakan dengan teman sebangku atau sekelompok. Siswa juga harus bisa menerima tanggapan atau kritikan dari teman-temannya dan menghormati pendapat-pendapat yang sampaikan oleh teman-temannya. Dalam metode diskusi siswa berperan sebagai peserta diskusi.
Selain guru dan siswa, pemimpin diskusi juga sangat berpengaruh dalam suksesnya suatu diskusi. Oleh karena itu, para siswa perlu dilatih untuk memperoleh keterampilan memimpin diskusi. Dalam diskusi pemimpin diskusi berperan sebagai pengatur lalu lintas, maksudnya dapat mengatur agar tidak semua anggota berbicara serempak, memberi kesempatan kepada anggota yang pendiam untuk ikut mengemukakan pendapat atau ide-idenya,mengatur sedemikian rupa agar apa yang dibicarakan dapat ditangkap dengan jelas oleh peserta diskusi. Selain sebagai pengatur lalu lintas, pemimpin diskusi juga berperan sebagai penunjuk jalan. Maksudnya yaitu seorang pemimpin menjadi penengah jika pembicaraan telah keluar dari topik yang dibahas/dibicarakan, meluruskan jika ada pertanyaan yang menyimpang dari topik yang dibahas dan meluruskan diskusi agar lebih terarah dan mencapai tujuan yang ingin di capai.
4.     Kesimpulan
          Metode diskusi merupakan suatu metode atau cara mangajar dimana sangat terkait pada suatu topik/pokok pernyataan/problem yang tujuannya yaitu untuk mencapai suatu keputusan atau pendapat yang telah disepakati bersama. metode ini sering kita jumpai atau diterapkan dalam proses pembelajaran baik di SD, SMP,SMA maupun dalam Perguruan Tinggi.
          Metode diskusi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, karena dapat mendidik siswa agar dapat mengeluarkan pendapatnya di hadapan teman-temannya. Siswa juga dilatih bertanggung jawab atas pendapat yang telah disampaikannya. Selain itu siswa juga dilatih agar dapat berpikir matang-matang sebelum berbicara, sehingga siswa tidaka sembarangan berbicara.
          Dalam metode diskusi siswa dilibatkan secara aktif dalam diskusi yang telah diadakan. Dalam diskusi diperlukan adanya ketertiban dan keteraturandalam menyampaikan/mengemukakan pendapat. Agar siswa dapat mengemukakan pendapat dengan bergilir maka guru dapat berperan sebagai pemimpin diskusi atau moderator. Guru juga bisa menunjuk salah satu siswa untuk sebagai moderator
          Seorang pemimpin diskusi yang baik akan sanggup dengan cepat mengambil tindakan  apabila dalam diskusi terdapat masalah-masalah yang dapat menghambat jalannya diskusi.
Jadi, metode diskusi sangat baik digunakan dalam proses pembelajaran apabila diterapkan dengan baik dan maksimal.

TES


Makalah
Mata kuliah : Pemahaman individu 2
“Tes”
Dosen pengampu : Ikhlas Rasido, S.psi M.Psi




 






Oleh :
I Wayan Sudama
A 501 08 060

Program Studi Bimbingan dan Konseling
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Unversitas Tadulako
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadapan tuhan yang maha esa, karena atas berkah dan rahmat-Nya kita semua masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Tes” dengan sedemikian rupa.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah “Pemahaman Individu 2”, karena atas bimbingannyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya,
Penulis menyadari bahwa dalam penyeusunan makalah  ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan yang terdapat disana-sini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun  dari berbagai pihak demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembaca.
Palu, oktober 2011

     Penulis  

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan, tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Kegunaan evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan, juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program pengajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki. Salah satu cara yang digunakan dalam evaluasi diantaranya dengan menggunakan teknik pengumpulan data tes, melalui tes kita dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang telah diberikan dan mendapatkan informasi tentang siswa/individu. Mengingat pentinganya tes dalam evaluasi maka pemakalah ingin mengambil tema “Tes”.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah tes itu?
2.      Apa fungsi dari tes?
3.      Apa saja bentuk-bentuk tes itu?
4.      Apakah kelebihan dan kekurangan masing-masing tes?
C.    Tujuan Dan Manfaat.
Adapun tujuan dan manfaat makalah ini adalah:
1.        Agar  kita dapat memahami tentang tes.
2.      Agar kita dapat mengetahui fungsi dari tes.
3.      Dapat mengetahui macam-macam tes.
4.      Agar dapat memahami kelebihan dan kekurangan tes.














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tes
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok.
Tes juga dapat didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan yang harus dipilih dengan tujuan untuk mengukur aspek perilaku tertentu dari orang yang dikenai tes. Biasanya dalam kegiatan proses belajar mengajar, murid diberikan sejumlah pertanyaan atau tugas dari guru. Pertanyaan tersebut dapat dalam bentuk pertanyaan dikelas, tugas pekerjaan rumah (PR), atau bentuk lain yang tujuannya untuk mendapatkan informasi tertentu, sesuai dengan isi tugas yang ada. Tindakan yang demikina itu merupakan bentuk-bentuk tes tulis.
B.     Fungsi Tes
Secara umum ada beberapa macam fungsi tes di dalam dunia pendidikan, yaitu:
Ø  Pertama, tes dapat berfungsi sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa dan juga sebagai alat untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.
Hal ini berarti tes dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Dalam kaitannya untuk mengukur keberhasilan program, tes berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan dapat dicapai, dan seberapa banyak yang belum tercapai dan menentukan langkah apa yang perlu dilakukan untuk mencapainya.
Ø  Kedua, tes berfungsi sebagai motivator dalam pembelajaran.
Berkaitan dengan point ini, Thorndike (1991) mengemukakan bahwa siswa akan belajar lebih giat dan berusaha lebih keras apabila mereka mengetahui bahwa di akhir program yang sedang ditempuh aka nada tes untuk mengetahui nilai dan prestasi mereka. Selain itu, Ebel (1979) mengemukakan bahwa tes kadang-kadang dianggap sebagai motivator ekstrinsik.
Ø  Ketiga, tes dapat berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran.
Dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran ada tiga jenis tes yang perlu dibahas yaitu tes penempatan, tes diagnosis, dan tes formatif.
C.    Bentuk-bentuk Tes
Bentuk tes yang sering dipakai dalam proses belajar mengajar pada hakikatnya  dapatdikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1. Tes tertulis (written tes) : suatu tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara tertulis . Tes tertulis mempunyai 2 macam:
a. Tes obyektif: tes tertulis yang menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat terbatas.
Tes ini dibuat sedemikian rupa, sehingga hasil tes tersebut dapat dinilai secara obyektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan nilai yang sama. Tes objektif jawabannya ringkas dan pendek (short answer test). Bentuk bentuk tes obyektif ini adalah : (1) Bentu benar salah (true false)Contoh : Lingkarilah B bila pertanyaan ini benar, atau S bila pertanyaan tersebut salah. B-S Hukum memberi hadiah adalah sunah muakkad. (2) Bentuk pilihan ganda ( multiple choice) Contoh : berilah tanda (x) huruf a, b, c, d pada jawaban yang benar! Wajib megerjakan ibadah haji bagi orang yang………… a. Tua c. \ kaya b. Mampu c. suka (3) Bentuk menjodohkan (matching)  
Contoh : Jodohkan soal bagian A dan Bagian B di bawah ini.

A
- Beragama islam 
- Berdiri bagi yang kuasa
- Menahan keluarnya hadast Bagian
B
- makruh dalam sholat
- Rukun dalam sholat
- syarat dalam sholat
- sunnah dalam sholat
(4) Bentuk melengkapi (completion)/jawaban singkat
Contoh : umroh sering disebut dengan…………….
Presiden RI saat ini ialah………………..

b. Tes Subjektif/Essai : tes tertulis yang meminta siswa memberikan jawaban berupa uraian atau kalimat yang panjang-panjang. Panjang pendeknya tes essai adalah relatif, sesuai kemampuan si penjawab tes.
Bentuk-bentuk tes subjektif ini adalah :
(1) Essai bebas, yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab dengan uraian secara bebas. Sesuai dengan apa yang diketahuinya. Contoh : Apa yang terjadi apabila pemerintahan suatu negara dipimpin oleh seorang diktator?
Kelemahan dalam bentuk ini adalah sukar menentukan standar jawaban yang benar sebab jawaban siswa sifatnya beraneka ragam.
(2) Essai terbatas, yakni yang soalnya menuntut jawaban dalam bentuk uraian yang telah terarah. Tes uaraian ini lebih mudah memeriksanya, karena dapat lebih mudah ditetapkan standar jawaban yang benar. Contoh : Sebutkan cirri ciri seorang pemimpin yang bersifat diktator?
2. Tes Lisan (oral test) : Tes lisan sangat bermanfaat untuk mengukur aspek yang terkait dengan kemampuan komunikasi. Tes lisan juga dapat digunakan untuk menguji siswa baik secara individual ataupun kelompok. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes lisan :
a.       Janganlah guru membentak siswa karena siswa itu memberikan jawaban yang menurut penilaian guru merupakan jawaban yang salah.
b.       Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu seorang murid yang sedang dites dengan memberikan kunci-kunci jawaban tertentu karena kita merasa kasihan atau simpati pada murid itu.
Contoh bentuk tes lisan : Guru dikelas bertanya pada siswanya : “sebutkan Rukun-rukun dalam sholat!”
3. Tes Perbuatan : Digunakan untuk mengukur hsil belajar yang menyangkut domain ketrampilan (skill) atau perilaku (behavior). Tes perbuatan bisa berupa tulis dan lisan. Tes ini juga dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Contoh : siswa diminta memperagakan tata cara pelaksanaan sholat jenazah beserta bacaannya.

C. Kelebihan dan kekurangan masing-masing tes
1.      Tes tulis 
Ø  Tes obyektif
1. Dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas
2. Pemeriksaannya cepat dan obyektif
3. Siswa dapat menebak jawaban
4. Dalam menyusun soal lebih sulit
5. Yang diukur cenderung aspek kognitif tingkat rendah
6. Tidak menuntut penalaran siswa
7. Tidak membutuhkan pemikiran analistis maupun sistematis
Ø  Tes Subyektif

1. Cakupan materi terbatas atau sempit
2. Pemeriksaan cenderung lama dan subyektif
3. Siswa tidak dapat menebak jawaban
4. Dalam menyusun soal lebih mudah
5. Yang diukur cenderung tingkat kecerdasan kognitif tinggi
6. Menuntut penalaran siswa
7. Dapat melatih siswa berfikir logis, analistis, dan sistematis
Ket : apa yang menjadi kelebihan dalam tes objektif merupakan kelemahan dalam tes subjektif dan sebaliknya.
2. Tes lisan
Ø  Kelebihan tes lisan adalah : Bisa mengetahui kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat secara langsung dan dapat diketahui penguasaan siswa secara tepat.
Ø  Kelemahan tes lisan adalah : Membutuhkan waktu yang relatif lama, dan seringkali siswa kurang bebas dalam mengemukakan pendapat.
3. Tes perbuatan
Ø  Kelebihan tes perbuatan yakni : Merupakan alat paling tepat terbentuk atau tidaknya ketrampilan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tes perbuatan juga dapat membantu pergantian suasana sehingga kejenuhan dapat dikurangi atau dihilangakan.
Ø   Kelemahan tes perbuatan yakni : Tidak semua bahan ajaran dapat diungkap dengan tes perbuatan. Tes perbuatan juga membutuhkan banyak waktu, tenaga, dan biaya yang cukup banyak.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok. Tes juga dapat didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan yang harus dipilih dengan tujuan untuk mengukur aspek perilaku tertentu dari orang yang dikenai tes.
B.     Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih  terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu, penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dapat memperbaiki dalam pembuatan makalah selanjutnya.




DAFTAR PUSTAKA