Sabtu, 05 Mei 2012

Konseling Krisis

TUGAS !!
MODEL – MODEL KONSELING
“WAWANCARA KONSELING KRISIS”
Dosen Pembimbing
“Ibu Nurul Masfiati S.Psi”






DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
1.         Marsellinus K. Toby     A 501 08 007
2.        Nelan             A 501 08 024
3.         I Wayan Sudama         A 501 08 060
4.         Syamsul Rikmal         A 501 08 027
5.         Hanifa             A 501 08 063
6.         Fineria             A 501 08 042
7.         Moh. Tri Agung         A 501 08 015
8.         Yeni Talo            A 501 08 001
9.         Meldawati             A 501 08 061
10.    Ria Erma            A 501 08 046
11.     Astuti            A 501 08 013
12.     Revin            A 501 08 062
13.     Hajir            A 501 08 044
14.     Ummul Hasannah         A 501 08 029

PROGRAM BIDANG STUDI BIMBINGAN & KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2010/2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur Tim Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat perkenanNya sehingga tugas kami yang berjudul “ Observasi dan Wawancara Konseling Krisis Melalui Pendekatan Non-Directive” dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas ini berisi wawancara konseling dan tahap-tahap konseling. Tak lupa Tim Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Nurul sebagai Dosen pembimbing dalam mata kuliah Model-Model Konseling ini yang telah memberikan bimbingan dan bantuan sebagai petunjuk pembuatan tugas ini dan kepada semua pihak siapa saja tanpa terkecuali yang juga telah membantu dalam penyusunan tugas ini, baik secara materi maupun moril, semoga Tuhan memberkati.
Akhir kata Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu Tim Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.







                                                                                                                        Palu,  April 2011


                                                                                                                      Tim Penulis







PEMBAHASAN
KONSELING KRISIS
MELALUI PENDEKATAN NON-DIRECTIVE


A. Pengertian Konseling Krisis
    Konseling krisis yaitu suatu keadaan disorganisasi dimana klien menghadapi frustasi dalam upaya mencapai tujuan penting hidupnya atau mengalami gangguan dalam perjalanan hidup dan hal itu ditanggapinya dengan stres.
    Menurut Belkin (dalam Mappiare, 2008 jenis-jenis masalah yang mengandung krisis yaitu:
1. Kehilangan orang yang dicintai
2. Kecanduan yang mendatangkan krisis
3. Ketidakmampuan mengatasi situasi-situasi hidup
4. Krisis keluarga
5. Ketegangan pribadi dengan orang yang dicintai atau sahabat karib
6. Masalah percobaan bunuh diri
7. Kehamilan tak dikehendaki
8. Kehilangan pekerjaan
9. Perceraian
10. Saat opname di rumah sakit
11. Pemutasian jabatan
12. Jadi anggota baru dalam suatu keluarga
13. Hukuman penjara
14. Niat pindah agama
15. Kecanduan obat bius/narkoba dan
16. Masalah keuangan
    Berdasarkan sifat situasi krisis kenselor perlu menerima situasi dan menciptakan keseimbangan pribadi  dan penguasaan diri. Tipe sifat dasar ini dapat meredahkan kecemasan klien, serta menunjukan tanggung jawab konselor kepada klien. Aktivitas lain konselor dalam mengatasi situasi krisis adalah ke klinik atau lembaga yang layak.


B. DESKRIPSI MASALAH
Seorang mahasiswi berinisial MN berusia 20 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Tondo yang saat ini masih dalam proses pendidikan (studi)  di salah satu Universitas Negeri di kota Palu semester 6 yang kegiatan kesehariannya bekerja di salah satu warung makan yang berdekatan  dengan tempat tinggalnya. Mahasiswi tersebut mengalami stress yang sangat berat  di saat ia di tinggalkan oleh ayahnya yang dicintainya sekitar 3 bulan yang lalu. Hal inilah yang membuat dia merasa kehilangan kasih sayang dari ayahnya yang dulu sangat besar kapada dirinya. Terkadang dia merasa iri jika sewaktu-waktu dia melihat teman-temannya yang mempunyai orang tua yang masih lengkap.
    Dia sering sekali melamun, menghayalkan jika dia masih mempunyai orang tua yang lengkap, mungkin dia adalah orang yang paling bahagia di dunia ini. Akan tetapi, semua itu hanya angan-angan belaka. Karena semuanya itu hanya impian seorang anak yang tidak rela kehilangan salah satu orang tua khususnya ayahnya.
Akhir-akhir ini dia sangat tertutup dengan teman-teman. Sehingga dia menjadi seorang yang pemurung dan suka menyendiri padahal dulunya ia adalah pribadi yang ceria, terbuka, tidak egois, dan periang. Perubahan sikap inilah yang sering membuat teman-temannya merasa prihatin dengan keadaan MN tersebut.
Hal ini juga menyebabkan MN (klien) sering absen di kampus. Sehingga nilai-nilai atau prestasi akademiknya menurun sangat drastis. Yang dulu dia tergolong anak yang cerdas, nilai-nilai akademiknya tinggi, sekarang sudah berubah. Dikarenakan motivasinya untuk belajar sudah tidak ada lagi.
Dalam hal ini seseorang yang mewakili kelompok kami berusaha untuk melakukan konseling kepada mahasiswi itu di tempat tinggalnya. Adapun tahap-tahap konseling yang ia lakukan adalah sebagai berikut:
a. Tahap analisis
Dalam tahap ini mula-mula XX (konselor) mencari atau melakukan observasi terhadap sasaran objek yang akan dibuat dalam penelitian, setelah kami mendapat berbagai informasi yang ada. Maka kami memutuskan untuk menentukan subyek penelitian. Kemudian kami mendatangi alamat orang yang menjadi obyek penilitian kami yakni.
Nama    : MN (nama inisial)
Usia    : 20 tahun
Pekerjaan     : Mahasiswi
Alamat     : Tondo
Suku    : Kaili
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Anak ke    : I dari 3 bersaudara
Nama Orang Tua   
Ayah     : BT ( nama inisial)
Ibu        :  TS (nama inisial)
Pekerjaan Orang Tua    
Ayah             : Pensiunan PNS
Ibu             : PNS
b. Tahap Sintesis
    Dalam tahap ini setelah XX (konselor) mendatangi atau mengunjungi rumah MN (klien), kemudian XX (konselor) melakukan wawancara terhadap MN (klien). XX (konselor) mencari data-data yang akurat dan berusaha mencari tahu keadaan diri MN (klien) yang sebenarnya. Sementara melakukan wawancara XX (konselor) menemukan sejumlah kekurangan yang ada dalam diri MN (klien) dimana akhir-akhir ini MN (klien) mengalami stres yang cukup berat, selain itu sikap dan perilaku MN (klien) juga menunjukkan perubahan-perubahan yang drastis yang dulunya merupakan pribadi yang ceria dan periang kini berubah menjadi pribadi yang tertutup, suka menyendiri, egois, dan gejala perilaku negatif lainnya.
c. Tahap Diagnosa/Diagnosis.
Dalam tahap ini XX (konselor) berusaha melakukan wawancara terhadap diri MN (klien) untuk mencari tahu akar persoalan dan masalah yang membuat diri MN kini jauh berbeda dari sebelumnya. Setelah melakukan terus wawancara untuk menggali masalahnya maka tim kami mendapatkan akar dari persoalan yang dihadapi MN (klien) dimana ia merasa sangat sedih dan stres karena kepergian ayah yang dikasihinya yang telah meninggal dunia 3 bulan yang lalu.


d. Tahap Prognosa/Prognosis.
Dalam tahap ini konselor (XX) mungkin dapat menggunakan pendekatan non-directive yang dimana proses konseling berpusat pada klien. Dalam tahap ini pula MN atas bantuan XX (konselor) mampu meramalkan yang dapat dicapai dalam konseling tersebut, dimana MN (klien) mencoba untuk mengikhlaskan kepergian ayah yang sangat dikasihinya dan mau mengubah perilaku yang lebih baik.
e. Tahap Konseling.
Dalam tahap ini XX (konselor) bersama MN (Klien) menyusun atau membuat langkah-langkah yang dapat membantu MN (klien) untuk dapat mengatasi masalah yang kini dihadapi dan menata kembali dirinya. Adapun langkah-langkah yang dapat disimpulkan MN (klien), dimana mula-mula MN (klien) berusaha untuk menerima kenyataan pahit yang dialaminya yaitu kehilangan ayah yang dikasihinya, setelah itu MN (klien) berusaha menata kembali dirinya untuk bersikap terbuka, tidak egois, dan berusaha untuk menjadi orang yang ceria seperti dulu saat ayahnya masih ada bersama dengannya.
Dalam tahap ini, XX (konselor) menggunakan metode Non-directive. Karena dalam pendekatan atau metode ini didalam proses konselingnya yang menjadi pusat adalah klien, bukan konselor. Peran konselor (XX) hanya sebagai pendorong dan pencipta situasi yang memungkinkan konseli bisa berkembang sendiri untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Oleh karena itu dalam proses konseling ini aktivitas sebagian besar diletakkan dipundak MN (klien) itu sendiri, dalam pemecahan masalah maka MN (klien) itu sendiri didorong oleh  XX (konselor) untuk mencari dan menemukan cara atau teknik yang terbaik dalam pemecahan masalahnya.
Berikut ini adalah hasil wawancara/dialog yang dilakukan oleh seseorang yang mewakili dari kelompok kami (XX) dengan MN (Klien) yang telah mendapat persetujuan dari seluruh anggota tim, pada hari senin tanggal 25 april 2011 di tempat tinggal MN (klien).
(dalam hal ini MN langsung dapat menerima kehadiran XX)
(Bagian Raport)
XX : (tok..tok.. tok) Assalamualaikum…
MN: walaikumsalam… silahkan masuk… (lalu berjabatan tangan). Tumben nih, ada perlu apa             datang kemari? (dengan wajah yang tersenyum)
(tekhnik penerimaa)
XX:    hanya mau jalan-jalan saja, soalnya sudah lama tidak bermain-main di sini. (dengan tersenyum, membalas respon dari MN)
MN: oh.. saya kira ada apa.. oh ya bagaimana kabarmu prend?
XX : baik-baik saja, kalau kamu sendiri bagaimana?
MN: ya seperti biasa saja, seperti yang kamu lihat sekarang ini. (wajahnya berubah menjadi cemberut dan kepala sedikit tertunduk lesu, kurang semangat).
(Respon non-verbal)
XX: kenapa prend, kok kelihatannya kurang semangat begitu menjawabnya? (XX menunjukkan responnya kepada MN dengan sikap empati memandang wajah MN yang tertunduk lesu).
MN: Tidak kenapa-kenapa prend... (MN menjawab pertanyaan XX dengan muka yang lesu, dan menyembunyikan sesuatu).
(tahap inti konseling)
XX: oh ya prend, maaf nih Cuma mau tanya, bagaimana hubunganmu dengan EK karena saya dengar-dengar kamu dan dia sudah putus ?
MN: ya begitulah, sekarang kami sudah putus 2 bulan yang lalu.  Memangnya kenapa? (menunjukkan eksperi yang gelisah)
XX: tidak apa-apa sih, saya hanya kaget saja, saya kira hanya gosip soalnya saya merasa heran kenapa bisa? padahal dulunya kalian berdua kan kelihatan cocok dan kompak banget. (menunjukkan ekspresi yang santai, sambil berusaha menenangkan MN).
MN: ow... begitu. Tidak tahulah dia, mungkin sepertinya hubungan kami sudah tidak dapat  dipertahankan lagi. (menunjukkan wajah yang sedih).
(tahap eksplorasi masalah)
XX: loh... kenapa bisa seperti itu.? (menunjukkan refleksi dan respon)
MN: saya juga kurang tahu, tapi katanya saya itu...
(tiba-tiba MN diam, seolah-olah menutupi penyebab masalah)
XX: lanjutkan ceritamu itu prend, tidak usah kuatir, siapa tahu saya bisa membantumu.. (XX meyakinkan MN untuk dapat terbuka/ mengungkapkan masalah yang dihadapinya).
MN: (kemudian melanjutkan pembicaraan yang sempat terpotong tadi). Ya baiklah, alasan dia mutusin saya sih karena katanya saya itu orang yang sangat kaku, kurang perhatian, egois dan terlalu tertutup.
XX: oh begitu, saya bisa merasakan apa yang kamu rasakan.
apakah kamu merasa seperti itu?
MN: tidak taulah.. tapi, memang akhir-akhir ini saya merasa ada sesuatu yang berbeda dengan diri saya.
(eksplorasi masalah)
XX: maksudnya berbeda bagaimana? coba jelaskan lebih jelas.... (konselor menunjukkan sikap penasaran untuk mencari tahu permasalahan yang dihadapi oleh MN).
MN: ya, saya tidak tahu juga, yang jelas akhir-akhir ini memang saya merasa bahwa saya terlalu sering mementingkan diri  sendiri, sedikit egois, kurang perhatian dan agak tertutup. Hal ini dapat saya lihat dari pergaulan saya dengan teman-teman  dimana dulunya kami sering bersama atau jalan bersama, kini saya lebih senang melakukan segala sesuatu sendiri. Selain itu yang dulunya saya selalu mendapat IPK yang baik di kampus kini tidak lagi.
(parafrasa)
XX: katanya akhir-akhir ini kamu merasa ada sesuatu yang berbeda dengan dirimu, kamu cenderung bersikap egois, kadang terlalu mementingkan diri sendiri dan agak tertutup (konselor mengungkapkan paraphrase). Kira-kira mulai kapan kamu merasakan seperti itu ?
MN: saya merasa seperti itu kira-kira 3 bulan yang lalu, setelah ayah saya meninggal dunia. (dalam hal ini MN memahami akar persoalan yang dihadapinya).
(refleksi)
XX: innalillahi wa innailahiroji’un.. (menunjukkan respon). mohon maaf prend saya tidak bermaksud untuk mengungkit lukamu itu. Saya turut berdukacita ya. Pasti kamu sangat sedih ya?
MN:     terima kasih prend.. tidak apa-apa kok..
(pemahaman)
XX: oww.. saya mengerti sekarang kalau kamu bersikap seperti itu (sambil mengangguk-anggukkan kepala, konselor menunjukkan respon, setelah itu konselor melanjutkan pembicaraan ), tapi sekarang apakah dengan sikap yang kamu miliki itu, kamu tidak khawatir kalau suatu saat teman-temanmu tidak lagi mau berteman dengan kamu bahkan prestasimu juga semakin menurun?
MN: ya kuatir juga..
(tekhnik pertanyaan terbuka dan mempersonalisasi)
XX: nah...!!! kalau kamu khawatir, kira-kira usaha-usaha apa yang akan kamu lakukan agar kamu dapat merubah sikapmu ini?
MN: mungkin saya akan mencoba untuk menerima semua kenyataan ini bahwa ayah saya telah meninggal, walaupun sangat sulit untuk melupakannya, apalagi kenangan saat bersama dengan alm. Ayah saya. Tapi saya akan menerima semua ini, karena ini merupakan takdir dari Allah SWT.
(Tahap Akhir)
(penguatan dan tekhnik penyimpulan)
XX: oh.. bagus sekali itu !!!( konselor menunjukkan respon ), menerima semua kenyataan bahwa ayah kamu telah meninggal itu adalah keputusan dan usaha yang baik. ( dalam hal ini konselor menunjukkan paraphrase dan penguatan ). Selain dari pada usaha itu, mungkin masih ada usaha-usaha lain yang dapat kamu lakukan?
MN: Yah...!!! mungkin saya akan mencoba untuk mengubah perilaku saya seperti dulu saat ayah saya masih ada.
XX: perilaku yang seperti apa yang akan kamu ubah?
MN: Saya akan berusaha untuk menjadi orang yang periang, ceria, terbuka, tidak egois, pokoknya saya seperti yang dulu lagi.
XX: bagus sekali usaha-usaha yang kamu katakan itu dimana pada usaha yang pertama akan menerima kenyataan bahwa ayah kamu sudah tidak ada dan kamu takkan sedih lagi dan usaha kedua kamu mau berusaha untuk mengubah sikapmu untuk menjadi orang yang tidak egois, terbuka dan dan ceria. Saya sangat mendukung apa yang kamu katakan tadi. Nah, sekarang kira-kira kalau kamu melakukan usaha-usaha itu keuntungan yang kamu akan peroleh?
MN: dengan begini saya akan lebih diterima oleh teman-teman saya, dan ini akan menjadi motivasi belajar demi meningkatkan prestasi saya di kampus.
XX: kira-kira apakah ada kerugian kamu melakukan usaha-usaha tersebut?
MN: saya kira tidak ada friend.
XX: nah, sekarang bagaimana perasaanmu prend setelah kamu dapat merumuskan sendiri usaha-usaha yang akan kamu lakukan sendiri dalam rangka memperbaiki sikap dan dirimu sendiri?
MN: wah, sekarang saya sudah merasa baikkan. Terimakasih prend! Syukur ada kamu, saya tidak bisa bayangkan kalau kamu tidak datang ke sini, mungkin bisa saja tetap saja menjadi pribadi yang kacau seperti sekarang ini. (raut, wajahnya mulai ceria dzn bersemangat kembali).
XX: sama-sama prend. oh…ya…. Kalau gitu saya mau lihat usaha-usaha yang akan kamu lakukan itu, kira-kira kapan lagi kamu punya waktu… (menunjukkan ekspresi senang dan menunjukkan keseriusan).
MN: terserah kamu saja prend. (menunjukkan ekspresi yang senang).
XX: kalau begitu bagaimana kalau hari senin saja , saya datang lagi ke sini ?
MN: ok.. boleh..
(berpisah secara formal)
XX : nah, sekarang karena kamu sudah mampu untuk menyusun usaha-usaha untuk kamu laksanakan agar kamu bisa mengatasi masalahmu, maka sebaiknya kita akhiri percakapan ini ya? (sambil melihat jam tangannya)
MN : baiklah, terima kasih prend...
XX : ok, sama-sama..
(setelah itu, XX tidak langsung pulang melainkan tetap ngobrol dan bercanda)
f. Tahap Follow Up
Dalam tahap ini, XX (konselor) dengan MN (klien) bersama-sama untuk membina dan melakukan tindakan yang secara integral dan efektif untuk membina kepribadian klien yang berdiri sendiri dan mempunyai kemampuan untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. XX (konselor) dapat menerima perasaan klien serta memahaminya dan klien dapat merealisasikan pilihan sikapnya dan tindakan yang akan di ambil  untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan pilihannya tersebut. Selain itu dalam tahap ini pula XX (konselor) dan MN (klien) bersama-sama menyusun jadwal untuk bertemu kembali. Hal ini dilakukan agar XX (konselor) dapat mengetahui perkembangan MN (klien) apakah MN melakukan usaha-usaha yang telah disepakati bersama atau tidak melaksanakannya. Selain itu untuk mengatahui bahwa apakah usaha-usaha yang dilakukan MN (klien) tersebut dapat berjalan dengan baik atau tidak.




Lampiran !!
    Proses Konseling   
PEDOMAN WAWANCARA
1. Kapan kamu mengalami perubahan perilaku ?
2. Apa penyebab perubahan perilaku yang kamu alami ?
3. Apa dampak dari perubahan perilaku yang kamu alami saat ini, terhadap dirimu sendiri dan orang lain ?
4. Usaha-usaha apa yang akan kamu lakukan agar kamu dapat keluar dari masalah ini ?
5. apa tujuan yang ingin kamu capai dari proses konseling ini?
6. Kapan kamu ada waktu untuk kita dapat bertemu kembali agar kami mengetahui perkembangan dirimu ?

Rabu, 02 Mei 2012

Lawan Stress

1. jangan terlalu anda pikirkan hal yang membuat anda stess.

2. Refresinglah pikiran anda jika anda merasa stess.

3. Lakukanlah hal-hal yang tidak menguras otak yang merupakan hobbi anda, misalnya olahraga, mancing dll.

4. Tontonlah film-film yang lucu agar stress yang anda rasakan akan terlupa.

5. jangan lupakan kewajiban sebagai umat beragama yakni mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.